Powered By Blogger

Rabu, 12 Januari 2011

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROBIOLOGI

LAPORAN PRAKTIKUM
JENIS-JENIS DIATOM YANG HIDUP PADA SUBSTRAT KAYU DI PERAIRAN PANTAI NAMBO








Diajukan sebagai syarat kelulusan mata kuliah Hidrobiologi pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA


Oleh

Kelompok V

MARHUZAD HAKIM (A1C2 07 078)
DUSTAN (A1C2 07 031)
SUYATMI ARFIN (A1C2 07 070)
WD. SARMILA (A1C2 07 066)
HARNI (A1C2 07 097)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALUOLEO
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 2
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Praktikum 2
D. Manfaat Praktikum 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
A. Kajian Teori 3
B. Kajian Empirik 8
C. Kerangka pemikiran 8
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM 9
A. Waktu dan Tempat Praktikum 9
B. Variabel, Definisi Operasional dan Indikator Praktikum 9
C. Populasi dan Sampel 9
D. Instrumen Penelitian dan Prosedur Pengumpulan Data 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 12
A. Hasil Penelitian 12
B. Pembahasan 14
BAB V PENUTUP 16
A. Kesimpulan 16
B. Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kondisi geografis dengan wilayah perairan yang lebih luas dari pada wilayah daratannya. Selain sebagai sarana wisata dan sumber perekonomian, wilayah perairan dengan berbagai organisme yang hidup didalamnya, ternyata oleh para ilmuwan memiliki daya tarik tersendiri, terlebih jika diperhadapkan dengan berbagai organisme yang hidup didalamnya.
Kawasan pantai merupakan salah satu tempat dari perairan laut yang masuk dalam zona pasang surut. Kawasan ini biasanya dihuni oleh berbagai jenis tumbuhan dari ekosistem mangrove, serta berbagai jenis biota laut lainnya mulai dari yang makroskopis sampai mikroskopis.
Berbagai kelompok algae seperti diatomae akhir-akhir ini banyak diteliti oleh para ilmuwan, karena manfaatnya yang besar sebagai parameter lingkungan. Diatomae merupakan kelompok mikroorganisme yang hidup pada perairan laut maupun perairan tawar.
Di perairan laut, diatomae terdapat disemua bagian lautan tetapi teramat melimpah didaerah permukaan massa air (daerah yang memiliki kandungan hara yang tinggi) seperti kawasan pantai. Diatomae juga ditemukan hidup melekat pada tumbuhan air. Sehingga untuk melakukan pengidentifikasian tentang diatomae, pengambilan sampel pada organ-organ tumbuhan yang bersentuhan dengan air cukup baik untuk dilakukan.
Kawasan pantai Nambo Kecamatan Abeli Kota Kendari merupakan kawasan pantai yang dihuni oleh jenis-jenis tumbuhan pada ekosistem mangrove, dan tak ketinggalan berbagai biota laut lainya mulai dari yang mikroskopis sampai yang makroskopis juga hidup disana.
Berdasarkan uraian diatas, maka dianggap perlu untuk melakukan praktikum mengenai jenis-jenis diatom yang hidup pada substrat kayu di perairan pantai Nambo.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam praktukum ini adalah berapa jeniskah diatom yang hidup pada substrat kayu di perairan pantai Nambo?
C. Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis diatom yang hidup pada substrat kayu di perairan pantai Nambo.
D. Manfaat Praktikum
Manfaat yang diharapkan dari hasil praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat diketahui jenis-jenis diatom yang hidup pada substrat kayu di perairan pantai Nambo Kecamatan Abeli Kota Kendari.
2. Sebagai referensi bagi peneliti lain yang relefan dengan praktikum ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kawasan pantai
Laut merupakan bagian dari permukaan bumi yang memiliki wilayah air asin yang sangat luas dan terpisah dengan daratan. Wilayah laut ini menempati 2/3 atau 71% dari permukaan bumi (Suhendar: 6)
Pantai merupakan suatu wilayah yang dimulai dari titik terendah air laut waktu surut hingga ke arah daratan sampai batas paling jauh ombak/gelombang menjulur ke daratan. Jadi daerah pantai dapat juga disebut daerah tepian laut. Dalam bahasa Inggris pantai disebut dengan istilah “shore” atau “beach”. Adapun tempat pertemuan antara air laut dan daratan dinamakan garis pantai (shore line). Garis pantai ini setiap saat berubah-ubah sesuai dengan perubahan pasang surut air laut (Suhendar: 5)
2. Kehidupan di laut
Di laut terdapat makhluk-makhluk mulai dari yang berupa jasad-jasad hidup bersel satu yang sangat kecil sampai yang berupa jasad hidup yang berukuran sangat besar separti ikan paus yang panjangnya lebih dari 10 meter. Ratusan ribu jenis biota laut telah diketahui dan semua relung dilingkungan laut dihuni oleh biota. Disebagian besar wilayah perairan terdapat banyak sekali jenis biota laut yang saling berinteraksi karena kendala makanan khususnya dan kendala lingkungan umumnya (Romimohtarto dan Juwana, 2007: 36)
Berdasarkan bentuk kehidupan/kebiasaan hidup; organisme didalam air di klasifikasikan menjadi; Bentos merupakan organisme yang melekat atau beristirahat ada dasar atau hidup di dasar endapan. Periphyton organisme (hewan dan tumbuhan) yang hidupnya menempel pada batang dan daun tumbuhan air, atau benda lainnya. Plankton organisme perairan yang hidupnya melayang dan pergerakannya bergantung pada arus air. Nekton organisme perairan yang memiliki kemampuan gerak secara aktif dan tidak bergantung pada arus. Neuston Organisme yang beristirahat atau berenang pada permukaan perairan (Odum, 1996: 373-374)
Laut merupakan suatu tempat mata pencaharian sebagian umat manusia, karena di dalamnya terdapat berbagai macam jenis biota laut dengan berbagai manfaat bagi manusia. Kesuburan ekosistem perairan sering ditentukan oleh kelimpahan planktonnya, sehingga sering dijadian sebagai indikator kesuburan peairan (hutabarat dan evans; 1965) dalam (La Singepu; 2002: 1)
3. Diatom
Diatom (ganggang kersik) atau bacillariophyta merupakan salah satu dari 7 kelas dalam anak divisi algae (tumbuhan ganggang) dalam divisi Thallophyta (tumbuhan talus). Diatom ini merupakan jasad renik bersel satu yang memiliki bentuk sel bermacam-macam, namun secara umum dia mempunyai dua bentuk dasar yaitu bilateral dan sentrik (Tjitrosoepomo, 1998: 32, 48).
Diatom atau kelas bacillariophyceae ini terbagi atas dua ordo, yakni centrales (lebih populer disebut centric diatom) dan pennales (pennate diatom). Diatom sentrik (centric) bercirikan bentuk sel yang mempunyai simetri radial atau konsentrik dengan satu titik pusat. Selnya bisa berbentuk bulat, lonjong, silindris, dengan penampang bulat, segi tiga atau segi empat. Sebaliknya diatom pennat (pennate) mempunyai simetri bilateral, yang bentuknya umumnya memanjang atau berbentuk sigmoidseperti huruf “S”. Sepanjang median sel diatom pennat ada jalur tengah yang disebut rafe (raphe) (Nontji, 2008: 86).
Sel diatom mempunyai inti dan kromatofora berwarna kuning cokelat dan mengandung klorofil a. santofil, san karatenoid lainnya yang sangat menyerupai fikosantin. Beberapa jenis diatom mempunyai zat warna dan hidup sebagai saprofit. Pada diatom, perkembangbiakan terjadi dengan membelah, pembentukkan aksospora dan seksual melalui oogami. (Tjitrosoepomo, 1998: 49, 50).
Diatom merupakan salah satu jenis alga yang juga membentuk sejumlah besar biomassa laut. Umumnya dinamakan juga alga cokelat emas karena warnanya. Diatom mempunyai ukuran yang beraneka ragam mulai dari beberapa mikron sampai beberapa milimeter. Kerangka silikonnya menunjukkan bentuk-bentuk dan pola-pola rumit dan halus (Romimohtarto dan juwana, 2007: 39).
Mann, (1999) dalam Soeprobowati dan Hadisusanto (2009) Diatom merupakan mikroalga uniseluler yang distribusinya sangat universal di semua tipe perairan. Diatom merupakan penyusun utama fitoplankton baik di ekosistem perairan tawar maupun laut dengan jumlah spesies terbesar dibandingkan komunitas mikroalga lainnya. Diatom mempunyai kontribusi 40 - 45% produktivitas laut sehingga lebih produktif dibandingkan dengan hutan hujan di seluruh dunia. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila diatom mempunyai peranan yang sangat penting dalam siklus silika dan karbon di alam sehingga kesinambungan perikanan terjaga
Diatom adalah tumbuhan sel tunggal unik yang sungguh indah jika di lihat lebih dekat struktur dan bentuknya. Perananya yang sangat penting dan hampir mendominasi seluruh perairan dunia membuat diatom sangat penting dan merupakan dasar dari rantai makanan. Disamping perannya yang amat sangat penting, Keindahan Diatom sungguh mempesona dan membuktikan tentang kebesaran Allah SWT pada tumbuhan cell tunggal ciptaanNya yang sangat indah dan cantik
(http://pesisirindonesia.blogspot.com/2008/04/mengintip-keindahan-diatom.html
4. Distribusi diatom
Produsen yang tidak berakar dari zona litoral (kawasan tembus cahaya sampai ke dasar seperti pantai) terdiri dari beberapa jenis ganggang. Banyak jenis di jumpai terapung pada zona litoral dan limnetik (plankton). Tetapi beberapa ditemukan berasosiasi dengan tanaman berakar (periphyton), merupakan ciri dari zona litoral (Odum, 1996; 380).
Diatom merupakan kelompok fitoplankton yang paling umum di jumpai di laut. Ia terdapat diamana saja, dari tepi pantai hingga ke tengah samudra. Diperkirakan di dunia ada sekitar 1400 - 1800 jenis diatom, tetapi tidak semua hidup sebagai plankton (Nontji, 2008: 85)
Perrifiton adalah hewan maupun tumbuhan yang hidup di bawah permukaan air, sedikit bergerak atau melekat pada batu-batu, ranting, tanah atau substrat lainnya. Perrifiton dari kelompok hewan pada umumnya protozoa dan Rotifera, sedang yang dari kelompok tumbuhan sebagian besar terdiri dari mikroalga. Diatom merupakan mikroflora utama di lingkungan perairan, karena kelimpahannya yang tinggi dan dapat ditemukan pada beragam habitat. Dominasi diatom sebagai penyusun perrifiton disebabkan karena diatom mempunyai kemampuan melekat pada permukaan substrat lebih baik dari pada mikroalga lainnya, hal ini karena diatom memiliki material berupa lendir atau dibantu suatu organel berupa kitin (Website Biologi UNNES 2009)


B. Kajian Empiris
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini telah dilakukan oleh
C. Kerangka Berpikir
Kepulauan indonesia sanagat kaya akan sumberdaya alam baik di darat maupun diperairan, demikian pula halnya di perairan sulawesi. Perairan ini memiliki berbagai macam organisme dengan keanekaragaman yang tinggi dan potensial untuk kehidupan, hal yang sama juga terjadi di perairan nambo, banyak memiliki organisme.
Perairan pantai nambo merupakan salah satu perairan yang terletak di wilayah kota kendari sulawesi tenggara yang oleh masyarakat setempat dijadikan sebagai tempat penangkapan ikan dan hewan-hewan lain yang bermanfaat bagi kehidupannya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka untuk melestarikan sumberdaya yang ada diperlukan pengetahuan yang mendalam tentang berbagai aspek yang menyangkut keanekaragaman organisme di perairan pantai Nambo. Salah satu yang penting adalah data awal tentang berbagai jenis diatom yang hidup pada perairan panta nambo.





BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 25-26 Desember 2010, bertempat di pantai Nambo Kecamatan Abeli Kota Kendari dan dilanjutkan pada tanggal 27 Desember 2010 di Laboratorium Pendidikan MIPA Unit biologi FKIP Universitas Haluoleo Kendari.
B. Variabel dan Definisi Operasional Praktikum
1. Variabel penelitian
Adapun variabel dalam penelitian ini adalah jenis-jenis diatom
2. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran variabel, maka dikemukakan devenisi operasional variabel sebagai berikut:
Diatom pada substrat kayu merupakan jenis-jenis diatom yang hidup melekat pada substrat kayu (berupa bakau) yang terdapat pada kawasan perairan pantai Nambo
C. Populasi dan Sampel Praktikum
1. Populasi
Populasi dalam praktikum ini adalah jenis-jenis diatom yang terdapat pada perairan pantai Nambo Kecamatan Abeli.
2. Sampel
Sampel dalam praktikum ini adalah jenis-jenis diatom yang tertangkap dengan sikat dan masuk dalam botol sampel pada pohon yang dijadikan sampel.
D. Instrumen Praktikumdan Prosedur Pengumpulan Data
1. Instrumen Praktikum
a. Alat Praktikum
Alat yang digunakan dalam praktikumini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat yang Digunakan Saat Praktikum

No Nama Alat Fungsi
1. Sikat gigi
Untuk mengambil bahan amatan
2. Botol sampel
Wadah penyimpanan bahan amatan
3. Mikroskop cahaya
Untuk mengamati sampel praktikum
4. Pipet tetes

Untuk mengambil sampel saat pengamatan

b. Bahan amatan
Bahan yang digunakan dalam praktikumini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan yang Digunakan Saat Praktikum
No. Nama Bahan Fungsi
1. Air dan serpihan batang kayu Sampel Praktikum

2. Prosedur Pengumpulan Data
Langkah-langkah yang ditempuh daslam rangka pengumpulan data pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Observasi, untuk penetapan lokasi praktikum, ditentukan lima sampel batang kayu yang akan menjadi obyek pengambilan sampel.
b. Pengambilan sampel air berisi diatom diambil langsung dari kawasan perairan pantai Nambo. Batang-batang tumbuhan yang ada pada areal pengamatan disikat dengan sikat gigi lalu dimasukkan kedalam botol sampel serta dimasukkan pula beberapa batang kayu yang dianggap sebagai substrat tempat hidup diatom.
c. Pengamatan, dengan menggunakan mikroskop cahaya untuk melihat jenis-jenis diatom yang hidup pada substrat kayu.











BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
E. Hasil Praktikum
1. Deskripsi hasil penelitian berdasarkan lokasi penelitian
Pada tabel 3 dapat dilihat, bahwa pengambilan sampel dengan menggunakah lima sampel dengan menggunakan lima batang kayu yang ada pada kawasan pantai.
Masing-masing lokasi memiliki diatom yang karakternya hampir sama. Namun yang paling menonjol dari semua diatom adalah kehadiran navicula pada semua pohon sampel.
2. Hasil penelitian setelah pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan dengan menggunakan mikroskop cahaya, ditemukan 14 jenis diatom dari lima pohon sampel yang digunakan. Navicula sp., Rabdonema arcuatum, Halasiosira, Nitzchia sigma var intermedia, Rhizosolenia delicatula, Gyrosigma acuminatum, Nitzcia sigma, Melosira nummuloides, Diplonis splendia, Nitzcia seriata, Diploneis fusca, Bidulphia luomeyi, Nitzcia lancoelata, Rabdonema adriaticum. Berikut tabel jenis-jenis diatomae berdasarkan pohon sampelnya:


Tabel 3. Hasil penelitian berdasarkan pohon ditemukannya spesimen

No Jenis Diatom Tempat ditemukan (pohon sampel)
1 2 3 4 5
1 Navicula sp., √ √ √ √ √
2 Rabdonema arcuatum √ √ - √ -
3 Halasiosira √ - - - -
4 Nitzchia sigma var intermedia - - √ √ -
5 Rhizosolenia delicatula - - - √ -
6 Gyrosigma acuminatum √ - - √ √
7 Nitzcia sigma √ - - √ √
8 Melosira nummuloides - - - √ -
9 Diplonis splendia √ - - √ -
10 Nitzcia seriata - - - √ √
11 Diploneis fusca √ - - √ √
12 Bidulphia luomeyi √ - - √ -
13 Nitzcia lancoelata - - - √ √
14 Rabdonema adriaticum - - - √ √


F. Pembahasan
Lautan dengan berbagai mikroorganisme yang hidup didalamnya merupakan sebuah hasil cipta yang sangat mengagumkan. Bilamana tidak, ukuran makhluk yang hidup didalamnya sangat beraneka ragam, mulai dari yang berukuran sangat besar seperti ikan hiu yang mencapai puluhan meter, sampai mikroorganisme yang sangat kecil sekalipun.
Keberadaan organisme pada milayah perairan tentunya memiliki fungsi dan peranan tersendiri. Saat ini, berbagai mikroorganisme banyak digunakan sebagai parameter lingkungan, seperti pada kelas diatomae. Karena perannya sebagai paremeter lingkungan, diatomae saat ini banyak diteliti oleh para ilmuwan.
Kawasan pantai merupakan salah satu wilayah yang kaya akan organisme, karena tempatnya yang dekat dengan daratan sehingga kaya akan unsur hara yang dibutuhkan oleh produsen lautan, seperti diatoame. Karena alasan ini pulalah, berbagai jenis organisme makro dan mikro hidup pada kawasan ini.
Unsur hara yang ada dalam kawasan pantai tersebut berasal dari tumbuhan pada ekosistem mangrove atau berasal dari aliran air yang mengalir dari darat menuju lautan dan karena banyaknya tumbuhan mangrove, sehingga air dari daratan tersebut akan tertahan pada kawasan pantai.
Kandungan nutrien yang ada dalam unsur hara yang ada pada kawasan pantai dimanfaatkan oleh berbagai organisme terlebih oleh produsen lautan seperti diatomae. Sehingga keberadaan diatomae pada kawasan pantai akan cukup banyak.
Pada praktikum yang telah kami lakukan pada substrat kayu di perairan pantai Nambo Kecamatan Abeli Kota Kendari, ditemukan 14 jenis diatomae, dengan bentuk, ukuran dan warna yang beraneka ragam (lih. Lampiran) hal ini sesuai dengan hasil amatan dengan menggunakan mikroskop cahaya.
Berdasarkan tempat hidupnya, diatom yang ditemukan tersebut dikelompokkan sebagai perifiton, karena keberadaannya yang melekat pada substrat kayu. Namun di lingkungan, diatom kebanyakan hidup sebagai plankton.
Kemampuan diatom untuk hidup sebagai perifiton, disebabkan karena organ tubuhnya yang berupa lendir, sehingga dengan mudah untuk melakat dan hidup pada substrat.









BAB V
PENUTUP
G. Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Diatom yang ada dialam selain hidup sebagai plankton, juga hidup sebagai perifiton
2. Jenis diatom pada substrat kayu di perairan pantai nambo ada 14 jenis yaitu: Navicula sp., Rabdonema arcuatum, Halasiosira, Nitzchia sigma var intermedia, Rhizosolenia delicatula, Gyrosigma acuminatum, Nitzcia sigma, Melosira nummuloides, Diplonis splendia, Nitzcia seriata, Diploneis fusca, Bidulphia luomeyi, Nitzcia lancoelata, Rabdonema adriaticum
H. Saran
1. Melalui hasil praktikum ini, praktikan menyarankan agar penelitian tentang jenis diatom dapat dilakukan
2. Karena praktikum ini terbilang hanya kualitatif, maka praktikan menyarankan agar penelitian tentang penyebaran diatom dapat dilakukan.



DAFTAR PUSTAKA
La Singepu. 2002. Kepadatan Kopepoda di Perairan Pantai Siompu Desa Lalole Kabupaten Buton. Skripsi FKIP Unhalu. Kendari
Nontji Anugrah. 2008. Plankton Laut. LIPI press. Jakarta.
Odum Eugene P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga. UGM press. Yogyakarta.
Romimohtarto Kasijan dan Juwana Sri. 2007. Biologi Laut. Djambatan. Jakarta
Tjitrosoepomo Gembong. 1998. Taksonomi Tumbuhan. UGM press. Yogyakarta.
Soeprobowati Tri Retnaningsih dan Hadisusanto Suwarno, 2009, Diatom dan Paleolimnologi: Studi Komparasi Perjalanan Sejarah Danau Lac Saint Augustine Quebeq-City, Canada dan Danau Rawa Pening Indonesia. Biota Vol. 14 (1): 60-68, Februari 2009
Suhendar. Laut dan Pesisir (http://www.scribd.com/mobile)
Website Biologi UNNES 2009 (http://biologi.unnes.ac.id/web_bio/index.php)
http://pesisirindonesia.blogspot.com/2008/04/mengintip-keindahan-diatom.html

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROBIOLOGI

LAPORAN PRAKTIKUM
KELIMPAHAN HEWAN MAKROZOOBENTOS PADA SUBSTRAT BERLUMPUR DAN BERPASIR DI SUNGAI NAMBO KECAMATAN ABELI KOTA KENDARI





Diajukan sebagai syarat kelulusan mata kuliah Hidrobiologi pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA
Oleh
Kelompok V
MARHUZAD HAKIM (A1C2 07 078)
DUSTAN (A1C2 07 031)
SUYATMI ARFIN (A1C2 07 070)
WD. SARMILA (A1C2 07 066)
HARNI (A1C2 07 097)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALUOLEO
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sungai adalah suatu ekosistem akuatik yang mengalir dari daratan yang lebih tinggi menuju ke daratan yang lebih rendah. Daratan aliran sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang dibatasi oleh punggung-punggung gunung atau bukit yang menampung atau menyimpan serta mengairkan air hujan ke laut melalui sungai utama (Mann, 1987 dalam Arifin 1997 : 13).
Arus merupakan suatu ciri ekosistem akuatik dan merupakan faktor penentu lingkungan fisik dan kimia termasuk komposisi substrat dasar sungai. Kecepatan arus ditentukan oleh kemiringan, kedalaman dan kelebaran sungai. Berdasarkan kecepatan arus tersebut, dalam ekosistem sungai dijumpai dua habitat yaitu habitat air deras (jeram) dan habitat air tenang (lubuk) yang pada gilirannya mempengaruhi komposisi substrat dasar sungai (Odum, 1993 : 393). Disamping itu disepanjang aliran sungai dari hulu ke hilir terdapat hutan primer, perladangan dan pemukiman dengan segala aktivitas manusia. Adanya aktivitas manusia tersebut memicu perubahan faktor fisika dan faktor kimia termasuk komposisi substrat dasar sungai (Hawkes, 1975 dalam Fathhurrchman, 1992 : 2).
Substrat dasar dalam ekosistem sungai disamping sebagai tempat hidup organisme juga sebagai salah satu faktor pembatas bagi organisme yang mendiaminya termasuk hewan makrozobentos (Zoeraini, 1992 : 18).
Ekosistem perairan pada umumnya dan ekosistem sungai pada khususnya ditempati berbagai jenis organisme tingkat tinggi hingga organisme tingkat rendah yang saling berinteraksi (Odum, 1993 : 392). Salah satu organisme tersebut adalah makrozobentos.
Hewan makrozobentos memegang peranan penting dalam ekosistem perairan dan menduduki beberapa tingkatan tropic pada rantai makanan. Peranan penting hewan makrobentos tersebut karena mampu menguarai materi organik yang merupakan nutrient bagi produsen perairan (Odum, 1971 dalam Fathhurrchman, 1992 : 22).
Sungai Nambo mempunyai peranan penting dalam kelangsungan hidup masyarakat sekitar. Pada daerah ini beragam aktivitas manusia dilakukan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui jenis-jenis hewan makrozoobentos yang terdapat di substrat berpasir dan substrat berlumpur di sungai Nambo kecamatan Abeli kota Kendari.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis hewan makrozoobentos yang terdapat di substrat berpasir dan substrat berlumpur di sungai Nambo kecamatan Abeli kota Kendari.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat diketahui bentuk karakter hidup berbagai hewan makrozobantos pada substrat berpasir dan substrat berlumpur di sungai Nambo Kecamatan Abeli Kota Kendari.
2. Sebagai referensi bagi peneliti lain yang relefan dengan praktikum ini.












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Makrozoobentos Dalam Ekosistem Sungai
Organisme air yang hidup dan tinggal di endapan dasar perairan, baik yang ada di atas atau dibawah permukaan sedimen disebut sebagai bentos. Zoobentos dari sudut cara makannya dapat dibagi menjadi jasad-jasad penyaring (filter feeder) misalnya berbagai jenis karang, dan jasad-jasad pemakan deposit (deposit feeder) misalnya sejenis siput (odum, 1971).
Makrozoobentos adalah hidrobiota kecil dari golongan invertebrate yang sebagian besar atau seluruh hidupnya berada di dasar perairan, baik yang menggali lubang, sesil, maupun yang merayap dengan ukuran tubuh lebih besar atau sama dengan 1 mm (cumnis, 1975 dalam Baharuddin B, 2001 : 6).
Makrozoobentos yang hidup dalam ekosistem akuatik pada umumnya berupa larva insecta, molusca, oligochaeta, isopoda, decapoda dan nematoda. Komunitas makrozoobentos tersebut bervariasi sesuai dengan zona lingkungannya, masing-masing perubahan faktor lingkungan disepanjang aliran sungai mempengaruhi kelimpahannya. Pada daerah yang masih relative alami kelimpahannya masih relative tinggi, sebaiknya pada daerah yang sudah tereksploitasi kelimpahannya menurun. Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan yang semakin mendekati kisaran toleransi.
Rando (1993) dalam Rosmiati (1998) mengemukakan bahwa dalam ekosistem perairan air tawar Hewan Makrozoobentos memegang peranan sebagai “ecological dominant”. Selanjutnya dikemukakan bahwa Hewan Makrozoobentosberperan sebagai pengurai materi organik dan sebagai indikator biologi suatu perairan.
2. Peranan Bentos
Bentos memegang peranan yang penting dalam komunitas perairan, terutama dalam proses mineralisasi dan pendaurulangan bahan organik. Selain itu dalam rantai makanan, hewan bentos menempati tingkat rantai makanan (tropik-level) kedua dan ketiga. Sebagai konsumer tingkat pertama, hewan bentos terdiri dari pemakan tingkat tinggi dan sebagai konsumer kedua, hewan bentosa hanya bisa memangsa zooplankton atau sesame hewan bentos lainnya (Lind dalam Rosmiati, 1998).
Menurut (Widyastuti, 1983 dalam Rosmiati, 1998), bahwa komposisi makrozoobentos meliputi keanekaragaman jenis, keseragaman dan kelimpahan relative serta hubungannya dengan kualitas suatu perairan. Hubungan ini didasarkan atas kenyataan bahwa tidak seimbang lingkungan akan turut mempengaruhi kehidupan suatu organisme yang hidup pada suatu perairan sebagai contoh pengurangan jenis spesies tertentu yang diikuti dengan melimpahnya jumlah individu yang lain, menunjukan telah tercemarnya suatu perairan.
Menurut Levington (1982 dalam Arifin, 1997 : 7) berdasarkan ukuran organisme bentos dikelompokkan yakni makrozoobentos, jika ukuran tubuhnya > 0,5 mm, hewan meibentos 0,5 mm mikrobentos yang berukuran < 0,5 mm. Makrobentos sudah dapat diperoleh dengan sedikit rumit, yaitu dengan menggunakan alat-alat khusus serta dapat diidentifikasi dengan memakai alat-alat khusus seperti lup dan atau mikroskop (Koesbiyono, 1978 : 23).
Kelompok organisme yang dominan yang menyusun makrozoobentos adalah dari kelompok Polychaeta, Crustacea, Echinodermata dan Molusca. Polychaeta banyak terdapat sebagai organisme pembentuk tabung dan penggali, Crustacea terutama golongan Ostracoda yang umumnya mendiami daerah permukaan. Molusca biasanya terdiri dari spesies-spesies Bivalvia dan beberapa Gastropoda yang hidup dipermukaan, serta Echinodermata terutama dari bintang laut atau bintang ular (Koesbiyono, 1978).
Bentos seperti organisme yang lain, terbagi dalam beberapa golongan. Berdasarkan ukuran organisme bentos termasuk dalam golongan makrozoobentos jika mampunyai ukuran sebesar 0,5 mm (Levington, 1982 dalam Arifin 1997), selanjutnya (Hutabarat dan Evans 1992) menyatakan bahwa bentos yang berukuran 1 mm disebut makrobentos.
Peranan penting makrozoobentos tersebut adalah karena mampu mengurai materi-materi organik autokhon dan alokthon, sehingga memudahkan mikroba-mikroba untuk mengurai organik menjadi materi anorganik yang merupakan nutrien bagi produsen perairan. Penguraian materi-materi organik tersebut oleh Hewan Makrobentos dilakukan oleh kelompok :
1. Kelompok dipteral dan plecoptera (shredder), detritivor partikel organic kasar;
2. Kelompok ephemeroptera, dipteral dan oligochaeta akuatik (collector) sebagai detrivor partikel organic halus;
3. Kelompok gastropoda dan oligochaeta (scraper) sebagai herbivore tumbuhan air;
4. Kelompok dipteral, plecoptera dan hirudinea (predator) sebagai karnivor bentos dalam perairan.
3. Komposisi Substrat dalam Ekosistem Sungai
Keberadaan suatu organisme dalam ekosistemnya tergantung pada keadaan lingkungan tersebut (Leibig, 1840 dalam Zoer’aini 1992 : 52). Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk dapat bertahan hidup dalam keadaan tertentu tiap organisme mempunyai kisaran toleransi yang memadai.
Dalam ekosistem sungai komposisi substrat merupakan faktor lingkungan abiotik. Jika suatu organisme mempunyai kirasan toleransi yang sempit terhadap komposisi substrat, maka komposisi substrat tersebut merupakan faktor pembatas bagi organisme itu.
Berdasarkan ukuran partikel penyusunya, komposisi substrat secara umum terdiri dari bebatuan, kerikil, pasir, lumpur dan liat. Sementara itu (USDA dalam Surasana, 1998 : 55) mengkasifikasikan komposisi substrat berdasarkan atas:
Tabel 1. Klasifikasi komposisi substrat menurut USDA
No Jenis Substrat Ukuran partikel (mm)
1 Liat < 0.002
2 Lumpur 0.002 - 0.05
3 Lumpur kasar 0.049 - 0.10
4 Pasir halus 0.101 - 0.25
5 Pasir medium 0.251 - 0.50
6 Pasir kasar 0.501 - 1.00
7 Kerikil halus 1.001 - 2.00

Dalam suatu ekosistem sungai keadaan partikel-partikel tersebut ditentukan oleh kecepatan arus. Pada bagian sungai yang berarus relatef lebih cepat komposisi substratnya kebanyakan berupa batu-batuan, kerikil dan pasir kasar, sedangkan pada bagian sungai yang berarus relatif lamban kebanykan berupa pasir medium, pasir halus, lumpur dan liat.
B. Kajian Empiris
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
1. Arifin (1997) menyimpulkan bahwa semakin kea rah muara keparatan hewan makrobentos semakin meningkat, sedangkan jumlah takson atau spesies cenderung berfluktuasi.
2. Fathurrachman (1992) menyimpulkan jumlah teksa hewan makrobentos habitat jeram disebelah hulu sungai cimahi lebih tinggi daripada habitat lubuk, sedangkan disebelah hilir relative sama. Selain itu kerapatan populasi hewan makrobentos habitat lubuk lebih tinggi daripada habitat jeram.
3. Baharuddi B (2001) mengemukakan bahwa komunitas hewan makrobentos terhadap tipe substart menunjukan kelimpahan tertinggi ditemukan pada tipe substart lempung berpasir dan terendah pada tipe berbatu.
C. Kerangka Pemikiran
Makrozoobentos merupakan kelompok organisme yang turut memegang peranan penting dalam ekosistem perairan khususnya pada proses penguraian bahan organik di dasar perairan menjadi bahan makanan bagi organisme akuatik lainnya serta turut membina keseimbangan transfer energi ke dalam jenjang ekosistem.
Sungai Nambo merupakan salah satu sungai yang terletak di Kecamatan Abeli yang memiliki tipe substrat yaitu substrat berbatu, berpasir, dan berlumpur yang memungkinkan daerah ini memiliki keanekaragaman populasi makrozoobentos.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka berikuti ini:









Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran






BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan di sungai Nambo Kecamatan Abeli Kota Kendari pada tanggal 25 Desember 2010, kemudian dilanjutkan di Laboratorium Pendidikan Unit Biologi Universitas Haluoleo Kendari.
B. Variabel, Definisi Operasional dan Indikator Praktikum
1. Variabel Praktikum
a. Variabel bebas, yaitu komposisi substrat dasar baik dibagian berpasir maupun dibagian berlumpur pada setiap stasiun pengamatan.
b. Variabel terikat, yaitu kelimpahan, status spesies, keserupaan dan keanekaragaman hewan makrobentos pada setiap habitat dan stasiun pengamatan.
2. Definisi Operasional
a. Komposisi substrat adalah komponen-komponen yang menyusun suatu substrat yang didasarkan atas klasifikasi menurut USDA.
b. Substrat berpasir di sungai Nambo adalah penyusun dasar perairan yang paling dominan adalah pasir.
c. Substart berlumpur di sungai nambo adalah ppenyususn dasar perairan yang paling dominan adalah lumpur.
d. Komunitas makrozoobentos epifauna adalah kumpulan populasi organisme epifauna yang hidup bersama-sama pada suatu waktu dan menempati wilayah tertentu yang tergolong pada phylum Mollusca di sungai nambo dengan ukuran tubuh ≥ 5 mm.
3. Indikator Praktikum
a. Komposisi substrat meliputi substrat berpasir dan substrat berlumpur.
b. Hewan makrobentos meliputi kerapatan, status spesies, dan keanekaragaman.
c. Bagian berpasir meliputi bagian sungai yang substrat dasarnya berupa pasir.
d. Bagian berlumpur yang substrat dasarnya adalah lumpur.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi dalam praktikum ini adalah hewan makrozoobentos yang hidup di sungai Nambo.
2. Sampel dalam praktikum ini adalah hewan makrozoobentos yang terdapat di dalam petak transek yang dipasang di sungai Nambo.
D. Medode dan Desain Praktikum
Metode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu observasi. Desain penelitiannya adalah penentuan setiap stasiun yang akan diamati, yaitu stasiun 1 substrat berlumpur, stasiun 2 substrat berpasir.


Gambar 2. Desain Peletakan Plot pada Area Praktikum
E. Instrumen Praktikum dan Prosedur Pengumpulan Data
1. Instrumen Praktikum
a. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum
Alat yang digunakan dalam praktikum ini disajikan dalam tabel 3.
Tabel 1. Alat-alat yang Digunakan Dalam Praktikum
No Nama Alat Fungsi
1. Kuadran 1x1m Untuk membuat bentangan transek
2.
Kantong plastik
Untuk mengukur jarak dan luas plot pada transek
3. Bulpoin Untuk menyimpan organisme
4. Kamera film makrozoobentos
5. Botol film Untuk memberi label pada kantong plastik

b. Bahan yang digunakan dalam praktikum
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah formalin 5% yang berfungsi untuk pengawetan sampel.
2. Prosedur Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Melakukan observasi daerah praktikum
b. Menentukan stasiun, yaitu yang substrat berpasir dan yang substrat berlumpur.
c. Pada setiap stasiun dibuat lima buah transek garis dimana masing-masing transek terdiri atas 5 plot berukuran 1 x 1 m sehingga jumlah plot pengamatan sebanyak 5 buah.
d. Pengukuran parameter lingkungan yang meliputi suhu, pH, dan salinitas tiap-tiap transek.
2. Pengambilan Data Praktikum
i. Mengambil organisme makrozoobentos yang mewakili salah satu spesies dari spesies yang sama yang ada di permukaan pada setiap plot yang dibuat sepanjang garis transek.
ii. Makrozoobentos yang diperoleh dimasukkan ke dalam kantung plastik kemudian diberi formalin 5% dan diberi label.
iii. Untuk hewan yang diketahui jenisnya, langsung diidentifikasi di lapangan sedangkan yang belum diketahui jenisnya maka dilakukan identifikasi di Laboratorium.
iv. Melakukan identifikasi spesies makrozoobentos di Laboratorium Pengembangan Pendidikan Biologi dengan menggunakan buku identifikasi Dharma (1988 dan 1992), Dance (1992), Hyman (1995) dan Allen (1997).


F. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam praktikum ini dianalisis Bruy-Curtis yaitu untuk melihat tingkat kerapatan dari hewan makrozoobentos yang terdapat di substrat berpasir dan substrat berlumpur di sungai Nambo kecamatan Abeli kota Kendari.












BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Gambaran Umum Lokasi Praktikum
Lokasi praktikum ini terletak di sungai Nambo Kecamatan Abeli Kota Kendari. Praktikum ini dibagi dalam dua tempat praktikum, yakni substrat berpasir dan berlumpur. Pada kawasan berpasir diambil 5 sampel plot, demikian pula dengan kawasan substrat berlumpur.
Lokasi praktikum ini terdapat dalam kawasan perkebunan coklat dan kelapa. Dengan lebar sungai berkisar antara 2-3 m, dan kedalaman mencapai 10-70 cm. kawasan sungai merupakan jalur lintas warga sehingga mempengaruhi karakter sungai yang menjadi lokasi pengamatan.
2. Komunitas Hewan Makrozoobentos di Sungai Nambo
Hewan makrozoobentos yang ditemukan di sungai Nambo selama praktikum berjumlah ada 15 individu, (lihat tabel pengamatan).
Dari 22 individu hewan makrobentos yang ditemukan 14 individu diantaranya di substrat berpasir, dan 8 individu diantaranya di substrat berlumpur. Hasil analisis pada 2 bentuk substrat pengamatan baik substrat berpasir maupun substrat berlumpur tercantum pada lampiran . Hasil pengamatan kehadiran hewan makrozoobentos tersebut dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Jumlah total rata-rata individu dan populasi total rata-rata makrozoobentos di sungai nambo.
No Nama spesies Sempel komunitas
(berlumpur) Sampel komunitas (berpasir)
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Anadonta woodina - - - - - - 1 - - -
2 Pugilina Cochlidium - - - - - - 2 - - -
3 Neoephemera sp. - - - - 3 - - - - -
4 Spesies a 1 2 - 1 1 1 - 6 2 -
5 Spesies c - - - - - - 1 - - -
6 Spesies d - - - - - - - - - 1

Dari tabel 2 diatas terlihat bahwa total individu pada substrat berlumpur yang tertinggi terdapat pada plot ke 5 dengan total individu 4, pada plot 2 ditemukan 2 individu Sedangkan pada plot ke 1 dan 4 masing-masing 1 sedangkan pada plot 3 tidak ditemukan hewan makrozoobentos. Pada substrat berpasir tertinggi ditemukan pada plot 3 dengan jumlah individu 6, pada plot 2 ditemukan 4 individu, dan pada plot 4 ditemukan 2 individu, sedangkan pada subtract 1 dan 5 ditemukan masing-masing 1 individu.

B. Pembahasan
Habitat air tawar menempati daerah yang relatil kecil pada permukaan bumi, dibandingkan dengan habitat laut dan daratan, tetapi bagi manusia kepentingannya jauh lebih berarti dibandingkan dengan luas daerahnya.
Dalam komunitas air tawar terdapat dua karakter pola aliran air, yaitu air mengalir dan air tenang. Air tenang akan memperlihatkan bagian air yang dalam di mana kecepatan arus sudah berkurang, maka lumpur dan materi lepas cenderung mengendap di dasar, sehingga dasarnya lunak. Sedangkan pada komunitas air mengalir menunjukkan daerah yang dangkal dimana kecepatan arus cukup tinggi untuk menyebabkan dasar sungai bersih dari endapan dan materi lain yang lepas, sehingga dasarnya pada biasanya airnya jernih disebabkan substrat yang ada selalu terbawa oleh arus.
Pada pengamatan yang kami lakukan, terdapat dua karakter dasar perairan, yang menjadi objek amatan yaitu substrat berpasir dan substrat berlumpur. Pada kedua bentuk substrat ini akan dilihat makrozobentos yang hidup dalam daerah tersebut.
Dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan seperti yang terlihat pada hasil pengamatan terdapat 6 jenis makrozobentos yang tersebar dalam 22 individu. Dari data tersebut juga, tampak jenis spesies a mendominasi kedua bentuk substrat. Dari hasil pengamatan pula, perbandingan antar substrat memperlihatkan substrat berpasir memiliki jumlah individu yang banyak dengan keanekaragaman yang lebih tinggi dari substrat berlumpur.
Jumlah dan keanekaragaman yang tinggi pada substrat berpasir, sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah substrat berpasir sangat memungkinkan bagi hewan yang memiliki alat perekat untuk melekatkan diri pada substrat, hal ini kemudian sesuai dengan hasil amatan yang telah dilakukan, bahwa kebanyakan hewan yang ditemukan pada substrat berpasir adalah hewan-hewan yang memiliki alat perekat. Berbeda halnya dengan substrat lumpur, kurang sesuai untuk hewan-hewan yang memiliki alat perekat, sehingga pada substrat berlumpur memiliki jenis hewan yang lebih sedikit, dengan keanekaragaman yang rendah.
Substrat berlumpur memiliki tingkat kekeruhan yang tinggi, sehingga hewan-hewan tidak banyak yang berkumpul pada daerah tersebut. Sedangkan pada daerah yang substratnya pasir, biasanya memiliki air yang jernih sehingga hewan menyukai keadaan tersebut.







BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Jumlah dan keanekaragaman yang tinggi pada substrat berpasir, sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah substrat berpasir sangat memungkinkan bagi hewan yang memiliki alat perekat untuk melekatkan diri pada substrat, hal ini kemudian sesuai dengan hasil amatan yang telah dilakukan, bahwa kebanyakan hewan yang ditemukan pada substrat berpasir adalah hewan-hewan yang memiliki alat perekat. Berbeda halnya dengan substrat lumpur, kurang sesuai untuk hewan-hewan yang memiliki alat perekat, sehingga pada substrat berlumpur memiliki jenis hewan yang lebih sedikit, dengan keanekaragaman yang rendah.
2. Jumlah individu yang ditemukan yaitu terdapat 6 jenis makrozobentos yang tersebar dalam 22 individu. Dari data tersebut juga, tampak jenis spesies a mendominasi kedua bentuk substrat. Dari hasil pengamatan pula, perbandingan antar substrat memperlihatkan substrat berpasir memiliki jumlah individu yang banyak dengan keanekaragaman yang lebih tinggi dari substrat berlumpur.

B. Saran
Pada akhir penulisan ini kami harapkan dalam praktikum selanjutnya bisa lebih baik lagi dan segala bentuk kebersamaan bisa ditingkatkan.



















DAFTAR PUSTAKA
Ambariyanto 2003. Bulu Seribu Pemakan Karang. Http://www. kompas. com/ kompas cetak/307/05/inspirasi/411440. diakses pada tanggal 27 desember 2010.

Brotowidjoyo, M.D. 1990. Zoologi dasar. Jakarta : Erlangga
Barnes, R. D. 1987. Invertebrate Zoology. Fith edition. Sounders College Publishing. Pp:344-377.

Dahuri, R., Rais, J.,Ginting, S.P., dan Sitepu, M.J., 1996. Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir dan Lautan secara terpadu. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Haslindah, 2003. Komunitas Makrozoobentos Daerah Intertidal Pantai Slag Kelurahan Dawi-Dawi Kecamatan Pomalaa. Skripsi. FKIP. Universitas Haluoleo. Kendari.

Hutabarat, S dan Evans, S. M., 1985. Pengantar Oceanografi. UI Press. Jakarta.
La Uge, 1995. Komposisi dan Keragaman Jenis Makrozoobentos di Muara Sungai Wanggu Teluk Kendari. Skripsi. PMIPA. FKIP. Universitas Haluoleo. Kendari.

Kendeigh, S.C., 1980. Ecology with Special Reference to Animal & Man, Prentice Hall : New Jersey.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut, Suatu Pendektan Ekologis. PT Gramedia
Pustaka, Jakarta 458 hlm. (diterjemahkan oleh M. Eidmann, et al).

Odum EP. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Yogayakarta : Gajah Mada University press.

Oemarjati, B. S. dan W. Wardhana. 1990. Taksonomi Avertebrata. Pengantar
Praktikum Laboratorium. Penerbit Unversitas Indonesia press :
Jakarta.

Otto, C and Sjostrom. 1986. Behavior o f Drifting Insect Larvae.
Hydrobiology.131 : 77-86.
Prianto, E. 2007. Peran Kepiting Sebagai Spesies Kunci Keystone Spesies) pada
Ekosistem Mangrove. Prosiding Forum Perairan Umum Indonesia IV. Balai Riset Perikanan Perairan Umum. Banyuasin.

Rosenberg, D.M. and V.H. Resh ( eds.) 1993. Freshwater biomonitoring and benthic macroinvertebrates. Chapman and Hall : New York.
Robert, D. And Soemodiharjo. 1982. Shallow Waters Marine Mollusca of
North-West Java. LON-LIPI. Jakarta. : p. 312-332.i

Runi, 1995. Keragaman dan Kepadatan Populasi Bivalvia, di Pantai Lapulu. Kendari. Skripsi. FKIP. Universitas Haluoleo

Suhartati,2003. Studi Kelimpahan Polymesoda bengalensisi Berdasarkan Kerapatan Vegetasi Mangrove di Perairan Pantai Desa Sorue Jaya Kec. Soropia Kabupaten Kendari Sulawesi Tenggara. Skripsi. Jurusan Perikanan. Faperta. Unhalu. Kendari

Swingle, H. S. 1968. Standarization of Chemical Analysis for Water and Pond
Muds. FAO Fish rep., Vol 3

Setyobudiandi, I. 1999. Makrozoobenthos : Sampling, Manajemen Sampel dan
Data. FPIK. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Tudorancea, C.; R. H. Green and J. Huebner. 1978. Structure Dynamics and Pro-duction of the Benthic Fauna in Lake Manitoba. Hydrobiologia
Welch, C. 1980. Limnology. New York : McGraw-Hill Book Company Inc.