Powered By Blogger

LAPORAN ANFISMAN (PENGINDERAAN KHUSUS)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengindraan khusus merupakan suatu sistem koordinasi stimulus respon spesifik yang dilakukan oleh organ tertentu. Kondisi ini terbentuk karena struktur anatomi dan fungsinya sel saraf yang menyusunnya berbeda-beda. Pada manusia terdapat indra-indra: pendengaran, penghilatan, peraba, perasa, dan penciuman.
Klasifikasi indra terdiri dari indra kutum, viseral, olfaktortus, penciuman, visual, pendengaran dan posisi. Tiga komponen dari mekanisme sensori adalah organ pengindraan atau reseptor jarak menuju otak, dan area sensoris di korteks serebri. Pada organ pengindraan atau properti reseptor kemampuannya berkembang dengan baik, dan masing-masing dikhususkan untuk merespon stimulus yang spesifik. Proses pengindraan sensasion afterimage, adaptasi dan veriabilitas intensitas adalah semua sifat dan sensasi sentuhan, tekanan, panas, dingin, dan rasa nyeri mengenai indra kita.
Pendengaran, suatu pengindraan dimana suara di apresiasikan melibatkan fungsi dari struktur telinga luar, telinga tengah, dan porsi koklear dari telinga dalam, posisi pengindraan melibatkan orientasi ruang kepala, gerakan tubuh, di seluruh ruang, dan keseimbangan serta ekuilibrium tubuh.
Berdasarkan uraian di atas, untuk lebih memahami dan mengetahui tentang sistem pengindraan beserta komponen-komponennya, maka diperlukan suatu praktikum yang membahas tentang hal ini.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum kali ini adalah, sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui bagian-bagian dari mata, telinga, dan kulit.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme sensoris.
3. Mahasiswa dapat membedakan antara intereseptor, proprioseptor, dan ekstereseptor, dan memberikan masing-masing contohnya.
4. Mahasiswa dapat mendefinisikan kemoreseptor, proreseptor, dan fotoreseptor dan hubungan signifikannnya.
5. Mahasiswa dapat menjelaskan istilah nyeri.
6. Mahasiswa dapat menjelaskan anatomi bola mata dan struktur yang melindunginya.
7. Mahasiswa dapat menjelaskan fenomena fisik dari refraksi dan bagaimana mengoprasikannya dalam menfokuskan.
8. Mahasiswa dapat menjelaskan kedalaman persepsi dan hubungan pandangan binokuler dengan diplopia dan hemiopia.
9. Mahasiswa dapat menjelaskan anatomi dari mata.
10. Mahasiswa dapat memahami transmisi suara dari membran timpani ke membran basalis.
11. Mahasiswa dapat menjelaskan teori Place tentang pendengaran.
12. Mahasiswa dapat membedakan antara keseimbangan statis dan dinamis.
C. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini adalah, sebagai berikut:
1. Kita dapat mengetahui tentang pengindraan khusus, baik itu organ-organnya maupun persarafannya serta komponen-komponen lainnya.
2. Dapat dijadikan sebagai tambahan literatur atau bahan bacaan pada praktikum ”Anatomi dan Fisiologi Manusia” selanjutnya.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengindraan khusus merupakan suatu sistem koordinasi stimulus respon spesifik yang dilakukan oleh organ tertentu. Kondisi ini terbentuk karena struktur anatomi dan fungsinya sel saraf yang menyusunnya berbeda-beda. Pada manusia terdapat indra-indra: pendengaran, penghilatan, peraba, perasa, dan penciuman (Anonim, 2010: 35).
Mata manusia mampu mendeteksi keragaman warna yang hampir tak terhitung yang membentuk bayangan benda yang berjarak beberapa mil jauhnya, dan bahkan merespon terhadap satu foto cahaya, akan tetapi otaknya yang sesungguhnya melihat. Bagian luar bola mata terdiri atas lapisan jaringan ikat yang berwarna putih dan kuat disebut skelera, dan lapisan bagian dalam mempunyai pigmen tipis yang disebut koroid (choroid) skelera menjadi kornea transparan, yang melawan cahaya ke dalam mata dan bertindak sebagai lensa yang tetap. Pada bagian dalam koroid retina membentuk lapisan paling dalam, dari bola mata yang terdiri dari sel-sel fotoreseptor karena tidak ada fotoreseptor pada cakram optik, maka bintik yang terletak di bagian luar bawah retina adalah bintik buta dan cahaya yang difokuskan pada bagian retina tersebut tidak terdeteksi (Campbell, 2004: 239).
Telinga adalah organ pendengaran, saraf yang melayani indera ini adalah saraf kranial kedelapan atau nervus auditorius. Telinga terdiri dari 3 bagian, yaitu telinga luar, tengah dan rongga telinga dalam. Telinga luar terdiri dari unkel dan pmina yang pada binatang rendahan berukuran besar serta dapat bergerak dan membantu mengumpulkan gelombang suara dan meatus duditorius eksterna yang menjorok ke dalam menjauhi pmina, serta menghantarkan getaran suara menuju membran timpani. Liang ini berukuran panjang sekitar cm, sepertiga luarnya adalah tulang. Bagian tulang rawan tidak lurus serta begerak ke arah atas dan belakang (Pearce, 2004: 325).
Lidah sebagian besar terdiri dari dua kelompok otot, yaitu: otot intrinsik lidah melakukan semua gerakan halus. Sementara otot ekstrinsik mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta melakukan gerakan-gerakan kasar yang sangat menekannya pada langit-langit dan gigi yang pada akhirnya mendorongnya masuk ke dalam faring. Pada bagian anterior lidah bebas tidak terikat. Bila lidah dijulurkan maka ujung lidah meruncing dan bila terletak tenang di dasar mulut, maka ujung lidah berbentuk bulat, selaput lendir lidah selalu lembab dan pada waktu sekat berwarna merah jambu. Permukaan atas seperti keluar dan ditutupi papila-papila (Irianto, 2004: 273 – 274).
Sel-sel mesenkim kulit muncul di bawah epidermis, ada yang dari somatik mesoderm ada pula dari dermaton epimere. Pada banyak vertebra (Aves dan Mamalia). Kulit terdiri atas banyak sel. Epidermis sebelah luar memiliki lapisan sel menanduk dan mengelupas terus menerus, disebut stratum korneum. Derivat epidermis yang berstruktur tanduk tumbuh berupa papila yang menjorok ke dermis. Meski berasal dari sel-sel stratum germinativum tapi ternyata untuk pembentukan derivat itu, sel sel dermis (mesoderm) ikut ambil bagian (Yatim, 1976: 217).
Alat pencium terdapat dalam rongga hidung dari ujung saraf otak nervus olfaktorius. Serabut-serabut ini timbul pada bagian atas selaput lendir hidung dikenal dengan olfaktori. Nervus olfaktorius dilapisi oleh sel-sel yng sangat khusus yang mengeluarkan fibril-fibril yang sangat halus, terjalin dengan serabut-serabut dari bulbus olfaktorius yang merupakan otak terkecil. Saraf olfaktorius terletak di atas lempeng tulang etmoidalis (Syaifuddin, 2006: 334).
















BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 29 Juni 2010, pukul 11.00 – 13.00 WITA, dan bertempat di Laboratorium Unit Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Haluoleo, Kendari.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah, alat tulis menulis.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah carta atau torso sistem pengindraan khusus.
C. Prosedur Kerja
Prosedur Kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah, sebagai berikut:
1. Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengamati bahan yang ada dan menggambar hasil pengamatan serta menunjukkan bagian-bagiannya.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Indera Penglihatan

























Keterangan:
1. Kapsula 10. Optik
2. Koroid 11. Posterior
3. Siliaris 12. Pupil
4. Konjungtiva 13. Rektus
5. Kornea 14. Retina
6. Fovea 15. Sklera
7. Iris 16. Superior
8. Lensa 17. Visi
9. Ligamentum
2. Indera Pendengaran



























Keterangan:
1. Auditorius 11. Maleus
2. Aurikula 12. Meatus
3. Koklea 13. Tengah
4. Koklear 14. Oval
5. Korti 15. Teres
6. Eustakian 16. Kanalis semisirkularis
7. Eksternal 17. Stapes
8. Inkus 18. Temporal
9. Dalam 19. Tompani
10. Jugularis 20. Vestibular




3. Indera Penciuman


























Keterangan:
1. Sinus frontalis
2. Plat kribiformis dalam atap hidung
3. Bulbus olfaktoris
4. Sinus sfenoid
5. Konka hidung media
6. Konka hidung inferior
7. Serabut saraf olfaktorius
8. Traktus olfaktorius ke pusat otak untuk penciuman
9. Neuron perintah kedua dari bulbus olfaktori
10. Bulbus olfaktori
11. Plat kribiformis
12. Sel-sel basal
13. Sel-sel olfaktori
14. Sel-sel penunjang
15. Rambut olfaktori
4. Indera Pengecap

Keterangan:
1. Papila sirkumvalata
2. Region penhecap
a. Pahit
b. Asam
c. Asin
d. Manis
3. Papila filiformis
4. Papila fungiformis
5. Apeks lidah
















5. Indera Peraba

























Keterangan:
1. Pori keringat 11. Jaringan adiposa
2. Batang rambut 12. Hipodermis
3. Otot erektor 13. Lapisan retikular
4. Kelenjar sabasea 14. Dermis
5. Saraf 15. Lapisan papilar
6. Akar rambut 16. Epidermis
7. Folikel rambut
8. Arteri
9. Kelenjar keringat
10. Serabut saraf sensoris



B. Pembahasan
Pancaindra merupakan organ-organ yang dikhususkan untuk menerima jenis rangsangan tertentu. Serabut saraf yang melayaninya merupakan alat perantara yang membawa kesan rasa dan organ indra menuju otak, tempat perasaan itu ditafsirkan. Pengindraan khusus merupakan suatu system koordinasi stimulus respon spesifik yang dilakukan oleh organ tertentu. Pada manusia terdapat indra-indra antara lain penglihatan, pendengaran, peraba (taktil), perasa, dan penciuman (olfaktori).
Saraf optikus atau urat saraf kranial kedua adalah saraf sensorik untuk penglihatan. Saraf ini timbul dari sel-sel ganglion dalam retina yang bergabung membentuk saraf optikus. Umumnya mata dilukiskan sebagai bola, tetapi sebetulnya lonjong dan buka bulat seperti bola. Bola mata mempunyai garis menengah, bagian depannya bening, serta terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar, fibrus, lapisan tengah, vaskuler, dan lapisn dalam. Ada 6 otot penggerak mata, empat diantaranya lurus, sementara 2 lainnya agak serong. Otot-otot oblik adalah otot inferior dan superior. Skelera merupakan pembungkus yang kuat dan fibrus. Retina adalah lapisan saraf pada mata, yang terdiri atas sejumlah lapisan serabut, yaitu sel-sel saraf, batang-batang dan kerucut. Bagian yang paling peka pada retina adalah makula, yang terletk pada eksternal terhadap diskus optik, persis berhadapan dengan pusat pupil.
Kornea merupakan bagian mata depan yang transparan dan bersambung dengan skelera yang putih dan tidak tembus cahaya. Kornea terdiri atas beberapa lapisan-lapisan tepi yaitu epitelium berlapis yang bersambung dengan konjungtiva. Bilik anterior yang terletak antara kornea dan iris. Iris adalah tirai bewarna di depan lensa yang bersambung dengan selaput koroid. Iris berisi dua kelompok serabut otot tak sadar atau otot polos. Kelompok yang satu mengecilkan ukuran pupil, sementara kelompok lain melebarkan ukuran pupil tersebut.
Mata sebagai indra penglihatan. Mata dibentuk untuk menerima rangsangan berks-berkas cahaya pada retina, lantas dengan perantara serabut-serabut nervus optikus mengalirkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan. Kornea bekerja sebagai jendela bening untuk melindungi struktur halus yang berada di belakangnya, serta membentu memfokuskan bayangan pada retina. Iris berfungsi sebagai tirai yang melindungi retina, lensa berfungsi sebagai organ fokus yang utama. Retina memuat ujung-ujung nervus optikus, serta dapat disamakan dengan lempeng film dalam fotografi.
Telinga adalah organ pendengaran. Saraf yang melayani organ ini adalah saraf kranial kedelapan atau nervus auditorius. Telinga terdiri dari tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
Telinga luar terdiri atas aurikel atau pina, yang berukuran besar serta dapat bergerak dan membantu mengumpulkan gelombang suara dan meatus auditorius eksterna yang menjorok ke dalam menjauhi pina, serta menghantarkan getaran suara menuju membran timpani. Liang ini berukuran panjang sekitar 2,5 cm, sepertiga luarnya adalah tulang rawan sementara dua pertiga dalamnya berupa tulang.
Telinga tengah atau rongga timpani adalah bilik kecil yang mengandung udara. Rongga ini terletak sebelah dalam membran timpaniatau gendang telinga, yang memisahkan rongga itu dari meatus auditorius eksterna. Rongga ini sempit serta memiliki dinding telinga (tulang) dan dinding membranosa. Tuba Eustakhius bergerak dari depan dari rongga telinga menuju nasofaring, lantas terbuka, dengan demikian tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga dapat diatur seimbang melalui meatus auditorius eksterna, serta melalui tuba Eustakhius. Tulang-tulang pendengaran adalah tiga tulang kecil yang tersusun pada rongga telinga tengah seperti rantai yang bersambung dari membran timpani menuju rongga telinga dalam. Tulang yang berada di tengah adalah inkus atau landasan, sisi luarnya bersendi dengan maleus, sementara sisi dalamnya bersendi dengan sisi dalam sebuah tulang kecil, yaitu stopes. Prosesus matoideus adalah bagian tulang temporalis yang terletak di belakang telinga, sementara ruang udara yang berada pada bagian atasnya adalah antrum mastoideus yang berhubungan dengan rongga telinga tengah.
Rongga telinga dalam berada dalam bagian os petrosum tulang temporalis. Rongga telinga dalam itu terdiri atas berbagai rongga yang menyerupai saluran-saluran dalam tulang temporalis. Rongga-rongga itu disebut labirin tulang dan dilapisi membran sehingga membentuk labirin membranosa. Labirin tulang terdiri atas tiga bagian yaitu vestibula yang merupakan bagian tengah, saluran setengah lingkaran bersambung dengan vestibula, dan koklea adalah sebuah tabung berbentuk spiral yang membelit dirinya laksana sebuah rumah siput.
Pendengaran, dimana suara ditimbulkan akibat getaran atmosfer yang dikenal sebagai gelombang suara, yang kecepatan dan volumenya berbeda-beda. Gelombang suara bergerak melalui rongga telinga luar yang menyebabkan membran timpani bergetar. Getaran-getaran tersebut selanjutnya diteruskan menuju inkus dan stopes, melalui maleus yang terkait pada membran itu. Karena getaran-getaran yang timbul pada setiap lubang ini sendiri, tulang-tulang ini memperbesar getaran, yang kemudian disalurkan melalui fenestra veskbular menuju perilimf. Getaran perilimfa dialirkan melalui membran menuju endolimfa dalam saluran koklea.
Pada hakikatnya lidah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan indera khusus pengecap. Lidah sebaian besar terdiri atas dua kelompok otot. Otot intrinsik lidah melakukan semua gerakan halus, sementara otot ekstrinsik mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta melaksanakan gerakan-gerakan kasar yang sangat penting pada saat mengunyah dan menelan. Lidah mengaduk-aduk makanan, menekannya pada langit-langit dan gigi, dan akhirnya mendororngnya masuk faring. Lidah terletak pada dasar mulut, sementra pembuluh darah dan urat saraf masuk dan keluar pada akarnya. Ujung serta pinggiran lidah bersentuhan dengan gigi-gigi bawah, sementara dorsum merupakan permukaan melengkung pada bagian atas lidah. Selaput lendir (membran mukosa) lidah selalu lembap, dan pada waktu sehat berwarna merah jambu. Permukaan atasnya seperti heledu dan ditutupi papil-papil yang terdiri dari tiga jenis yaitu papila sirkumvalata adalah jenis papila terbesar, dan masing-masing dikelilingi semacam lekukan seperti parit, papila fungiformis menyebar pada permukaan ujung dan sisi lidah, dan berbentuk jamur. Papila filiformis adalah yang terbanyak dan menyebar pada seluruh permukaan lidah. Organ ujung untuk pengecapan adalah puting-puting pengecap yang sangat banyak terdapat di dalam dinding papila sirkumvalata dan fungiformis. Papila filiformis berfungsi untuk menerima rasa sentuh daripada rasa pengecapan yang sebenarnya. Ada 4 macam rasa kecapan yaitu manis, pahit, asam dan asin. Lidah memiliki pelayanan persarafan yang majemuk. Otot-otot lidah mendapat persarafan dari urat saraf hipoglosus.
Penciuman, dimana saraf kranial pertama melayani ujung organ pencium. Serabut-serabut saraf ini timbul pada bagian atas selaput lendir hidung, yang dikenal sebagai bagian olfaktori hidung. Nervus olfaktorius dilapisi sel-sel yang sangat khusus, yang mengeluarkan fibril-fibril halus untuk berjalin dengan serabut-serabut dari bulbus olfaktorius. Bulbus ini pada hakikatnya merupakan bagian otak yang agak membesar dari saraf olfaktorius yang terletak di atas lempeng kribiformis tulang etmoid. Rasa penciuman dirangsang oleh gas yang terhirup atau oleh unsur-unsur halus. Rasa penciuman ini sangat peka, dan kepekaannya mudah hilang bila dihadapkan pada suatu bau yang sama untuk suatu waktu yang cukup lama. Rasa penciuman juga diperlemah bila selaput lendir hidung sangat kering, sangat basah, atau membengkak, seperti halnya seorang yang diserang flu.
Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh, serta bersambung dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga dan lubang-lubang masuk. Kulit dibagi menjadi dua lapisan yaitu epidermis (kutikula) dan dermis (korium). Ujung akhir saraf sensoris yaitu puting peraba, terletak di dalam dermis. Kelenjar sebaseus adalah kelenjar kantong di dalam kulit. Bentuknya seperti botol dan bermuara di dalam folikel rambut. Kulit berfungsi sebagai organ pengatur panas, sebgai organ ekskresi, melindungi tubuh dari sinar UV, sebagai alat peraba, tempat penyimpanan air, serta tempat penyimpanan lemak yang utama pada tubuh.




















BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengindraan khusus adalah suatu sistem koordinasi stimulus respon spesifik yang dilakukan oleh organ tertentu.
2. Alat indera terdiri dari 5 organ yaitu, indera penglihatan berupa mata, indera pendengaran berupa telinga, indera penciuman berupa hidung, indera pengecap berupa lidah, dan indera peraba berupa kulit.
3. Tiga komponen dari mekanisme sensori adalah organ pengindera atau reseptor, jarak menuju otak, dan area sensorik dikorteks serebri.
B. Saran
Saran yang dapat saya ajukan pada kesempatan ini adalah agar pada praktikum selanjutnya carta pengindraan dapat diperbanyak lagi.






DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. Penuntun Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia. Universitas Haluoleo. Kendari.

Campbell, 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid-3. Erlangga. Jakarta.
Irianto, K., 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Yrama Widya. Bandung.

Pearce, E., 2004. Anatomi dan Fisiologi Manusia untuk Paramedis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Syaifuddin, 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Yatim, W., 1967. Reproduksi dan Embriologi. Trasito. Bandung.